Republik Satu – Nilai tukar rupiah menguat setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan, memicu ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menyebut inflasi bulanan AS turun dari 0,2% menjadi -0,1% (mtm), sedangkan inflasi tahunan melemah dari 2,8% menjadi 2,4% (yoy). Penurunan ini meningkatkan keyakinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lebih cepat, di tengah tekanan ekonomi akibat perang dagang.
Polling CME FedWatch menunjukkan lebih dari 50% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 75–100 basis poin (bps).
Sementara itu, dolar AS melemah akibat kekhawatiran resesi yang dipicu oleh perang dagang antara AS dan China. Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor terhadap China dari 125% menjadi 145%, menyusul serangkaian balasan tarif oleh Presiden China Xi Jinping.
Goldman Sachs memperkirakan peluang resesi AS sebesar 65%, sementara JP Morgan menilai kemungkinan tersebut mencapai 60%.
“Investor khawatir terhadap dampak perang tarif, terutama karena AS masih mengimpor sejumlah bahan penting dari China,” ujar Ibrahim.
Pada perdagangan Jumat (11/4/2025), rupiah menguat 28 poin atau 0,16% ke level Rp16.796 per dolar AS. Namun, kurs JISDOR Bank Indonesia justru melemah ke Rp16.805 dari sebelumnya Rp16.779 per dolar AS.
(AR)